Tuesday, April 9, 2013

alunan rindu dawai dewa


langit menghening
bumi merintih
angin melenggang lengnggong
samudra menari menghempas-hempas pantai
dengarkan hati merindu bintang
dewapun mendendangkan alunan rindu dawai

by Emmi Fitriani

perempuan renta di beranda rumah


senja menghampirinya dalam dekapan si angin lalu
sembayu membuai mimpinya hingga tak sadarkan diri
di beranda ini
sempat ku dengar ia lantunkan nada nada mendayu
mengundang titik-titik hujan bertamu
seolah bumi menangis tersedu
menutup khas warna mentari
sehingga hari pun tlah berlalu
kan ia tak muncul lagi
hanya nama dan kenangan terukir disebuah batu
takkan terhapus walau titik hujan kembali bertamu

by Emmi Fitriani

Bunga-Bunga Liar


Sebenarnya kamu punya impian
sebenarnya tidak terfikir olehmu sebelumnya
salah apa engkau jadi begini

terkadang kamu ingin berlari
keluar dari kehidupan kelam
tapi sebenarnya engkau tak berani hidup sengsara
karena banyaknya kebutuhan yang engkau tanggung
banyaknya keinginan yang harus kau penuhi
barangkali kebutuhan adek-adekmu sekolah di kampung
atau biaya orang tuamu yang sedang sakit sekarat

Bunga-bunga liar..
aku tau engkau masih bertuhan
aku tau hati kecil mu menolak
aku tau juga hampir setiap malam engkau menangis
dibalik tawa dan kepulan asap rokokmu

Aku juga tau engkau tidak mau terus-terusan
dijajanin murah oleh om,om  dan pria-pria hidung belang
yang hanya mencari kesenangan, menghilangkan kepenatannya karena urusan kantor

Bunga...
aku bukan menghakimi
aku tidak menyalahkan mu atas jalan yang engkau pilih

Tapi bunga....
karena kita sama-sama wanita
aku prihatin terhadap impianmu itu
kembalilah  ke jalanmu dulu
sesungguhnya, masih terbuka pintu taubat
                                                                                                        Dari: Temanmu

                                                                                                                    Wanita

(Dan..bersyukurlah kepada wanita-wanita diseluruh dunia, Alangkah beruntungnya nasib kita, tidak dipertemukan dengan pilihan yang dipilih oleh bunga-bunga liar, dan semoga kita kuat menghadapi kehidupan yang semakin sulit ini, jangan sampai salah pilih jalan)

by Emmi Fitriani 

menggenggam embun awan mengelabu


ketika jemari bernafsu meraihmu
kau menghilang entah kemana
lenyap ditelan igau
ibarat asap bergemul beranjak begitu saja

embun pun meraut wajahmu
ku usap, ku  genggam hanya
rasa dingin meraba kulitku
ternyata saja titik-titik air mencoba memperdaya

awan lalu melukis auramu
terpapar di langit biru
sekejap awan mengelabu
menutupi harapan cinta bersamamu

by Emmi Fitriani 

Ini bukanlah medan


Suasana malam,
hiruk pikuk
angkot pun berpacu
berlomba
mencari sosok sewa
walaupun bukan sewa
dipaksa jadi sewa

Di angkot ini terasa sepi walau pun rame, padat sewa hingga hiimpit-himpitan
yang ga muat lagi disuruh geser-geser biar muat

Disela jendela aku menengadah keluar mencari ragamu
karena tercium auramua
berharap bertemu
 
Jujur, jiwa ini sangat sangat merindu
namun aku tersadar aku di Padang bukan di Medan

by Emmi Fitriani 

Jeritan Anak Bangsa


Percaya ku taruhkan didadamu
perlahan luntur memudar
hianaaaat lagi penghianat
penghianat bangsa sesungguhnya
dibalik slogan "dari rakyat untuk rakyat oleh rakyat"

Bahasa manismu
cita-cita dan misimu
pun kau tularkan membahana
disela-sela angin saat itu
terik berpeluh ku dengar bualan mu
ternyata nyatanya tak seindah janjimu

"Pilih lah kami, kami akan berantas korupsi dan sejenisnya, kami berjanji tidak ada pengangguran, semua rakyat akan makmur"

Aku anak bangsa menjerit
dalam sanubari
tak terluaskan hingga berkarat
tertimbun rasa..aaaaaaaaaaaaaahhhhhh hatiku saaaaaaaakiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit
hapus dada melihat tingkah-tingkah kalian yang seenaknya saja
bahkan keadilan pun tidak lepas dari permainan  kalian
otak-otak busuk
setan-setan  alas
dibalik jas rapi lagi necis

Tunggu saatnya kedok kalian semua akan terbongkar

by Emmi Fitriani 

kepada mereka pahlawan-pahlawan yang gugur di medan tempur dan juga para veteran dari sabang sampai merauke


Terimakasih pahlawan-pahlawan yang gugur di medan tempur dan juga para veteran dari sabang sampai merauke, hari ini hadiah terindah yang engkau beri pada negri,
pagi ini aku diantara ribuan rakyat RI masih bisa menafaskan udara kebebasan, Semoga Tuhan membalas kebaikanmu yang takkan lekang di sanubari :-)
:-(namun maaf para pahlawan-pahlawan yang gugur di medan tempur dan juga para veteran dari sabang sampai merauke, dengan menyesal aku sampaikan bahwa hari ini ternyata kami masih di jajah oleh otak-otak kotor politik, kerakusan, belum lagi budaya-budaya luar yang memabukkan kesadaran generasi pejuang ini, dan masih ada juga yang belum merdeka dari kemiskinan, ah.. entahlah, tampaknya aku ingin hidup di zaman mu dan berjuang melawan penjajah yang nyata dengan semangat persatuan dan kesatuan. Dengan tekad kalau belum tersebut kata "merdeka", pantang aku pulang.
Tapi..walau demikian, aku bersyukur diberi kesempatan untuk mengenangmu dan menggali semangat juang yang engkau punya. Sesungguhnya Allah memberikanmu kehidupan di zaman itu untuk melaksanakan tugas mu dan aku hidup di zaman ini pula untuk melaksanakan tugasku sebagaimana yang engkau harapkan dari buah darahmu yang mengucur deras dan benih dari nafasmu yang terlepas 'tika peluru menembus ruang hidupmu, dan 'tika penjajah membombarder keping-keping nyawamu namun semangatmu bergema hingga saat ini: "MEEEEEEEEERRRRRRRRRRRRDDDDDDDDEEEEEEEEEEEEEKKKKKKKKKKKKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!
ungkapan terimakasih ini juga tertuju pada wanita-wanita pejuang dimasa itu.

by Emmi Fitriani